Kecelakaan laut kembali mengguncang perairan Indonesia. Kapal feri KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam di Selat Bali, memicu operasi pencarian besar-besaran oleh Basarnas.
Kronologi Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya
Kejadian di Tengah Lautan Selat Bali
Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya dilaporkan tenggelam pada Rabu malam, 3 Juli 2025, di perairan Selat Bali. Insiden ini terjadi saat kapal tengah menempuh pelayaran dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali. Kapal mengangkut 65 orang, terdiri dari 53 penumpang dan 12 kru.
Menurut keterangan dari Basarnas Bali, kapal mulai oleng sekitar pukul 19.50 WITA, diduga akibat cuaca buruk dan gelombang tinggi yang mencapai dua meter. Dalam waktu singkat, kapal hilang dari radar dan komunikasi terputus.
Operasi SAR Diperluas: 43 Orang Masih Hilang
Tim Gabungan Kerahkan Helikopter dan Kapal Patroli
Basarnas, TNI AL, dan Kepolisian segera menerjunkan tim SAR gabungan dengan dukungan helikopter, kapal cepat, dan perahu karet. Hingga Kamis pagi (4 Juli 2025), 20 orang berhasil diselamatkan dalam keadaan hidup, sementara 2 korban ditemukan meninggal dunia. Sisanya, 43 orang masih dinyatakan hilang.
Kepala Basarnas Bali, I Nyoman Sidakarya, menyampaikan bahwa kondisi cuaca menyulitkan pencarian. “Kami terus melakukan penyisiran udara dan laut. Arus sangat kuat dan jarak pandang terbatas,” ujarnya dalam keterangan pers (sumber: Reuters).
Dugaan Penyebab Tenggelamnya Kapal
Cuaca Buruk dan Potensi Kelebihan Muatan
Sementara penyebab pasti tenggelamnya kapal masih diselidiki, cuaca buruk dan kemungkinan kelebihan muatan menjadi faktor awal yang diduga berkontribusi. BMKG sebelumnya telah mengeluarkan peringatan dini terkait gelombang tinggi di wilayah Selat Bali pada hari kejadian.
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut menyatakan bahwa investigasi menyeluruh akan dilakukan, termasuk analisis manifest penumpang, kondisi kapal, dan prosedur keselamatan yang diterapkan sebelum keberangkatan.
Respons Pemerintah dan Keluarga Korban
Posko Crisis Center Didirikan di Banyuwangi
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi bersama Kementerian Perhubungan telah mendirikan posko crisis center untuk melayani keluarga korban dan memberikan informasi real time terkait proses pencarian.
Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak, mengunjungi lokasi dan menegaskan pentingnya evaluasi standar keamanan pelayaran. “Keselamatan penumpang adalah prioritas utama. Kami akan terus mengawal proses penyelidikan ini dengan serius,” kata Emil (sumber: Kompas).
Keselamatan Pelayaran Kembali Disorot
Perlunya Revisi SOP dan Modernisasi Armada
Insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya kembali menyoroti standar keselamatan pelayaran di Indonesia, khususnya rute penyeberangan padat seperti Selat Bali. Para pengamat transportasi laut menyarankan adanya revisi SOP keselamatan dan percepatan modernisasi armada kapal yang telah berusia di atas 15 tahun.
Direktur Keselamatan Pelayaran Kemenhub, Ahmad Wahyudi, menambahkan bahwa digitalisasi sistem manifest dan kontrol kelaikan kapal sedang dalam proses untuk menghindari kejadian serupa.
Rangkuman dan Arah ke Depan
Insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya menjadi peringatan keras bagi dunia pelayaran Indonesia. Dengan 43 korban masih belum ditemukan, upaya pencarian dan evakuasi menjadi prioritas nasional. Pemerintah perlu menindaklanjuti evaluasi menyeluruh terhadap keselamatan pelayaran, khususnya pada jalur padat seperti Ketapang-Gilimanuk.
📢 Tetap Ikuti Perkembangan Terbaru
Ikuti terus informasi terkini mengenai operasi SAR dan perkembangan investigasi melalui Satelit360.com, dan bantu sebarkan informasi resmi agar tidak terjadi disinformasi di tengah tragedi ini.